Yuk Kita Lihat Pertumbuhan Industri Jamu di Indonesia & Berbagai Inovasinya

“Industri jamu di Indonesia sudah ada sejak tahun 1800-an. Seiring berjalannya waktu, model bisnisnya terus berkembang. Kini, berkat perhatian banyak pihak, semakin banyak produk jamu yang kualitasnya tak perlu diragukan lagi.”

Mengonsumsi jamu sebagai obat atau sebagai suplemen sudah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. Namun, zaman dulu belum muncul kebiasaan untuk memperjual belikan jamu karena masyarakat cenderung membuat jamu mereka masing-masing. Meski demikian, kini jamu merupakan salah satu industri yang sangat menjanjikan, tak hanya menyehatkan masyarakat, namun juga mensejahterakan banyak keluarga.

sumber: https://voi.id/

Dalam sebuah sumber, salah satu bisnis Jamu pertama kali muncul di tahun 1820-an di Jawa Tengah. Kala itu bisnis ini baru setara level rumah tangga.  Dari Jawa Tengah, penjual jamu lain mulai bermunculan di Pulau Jawa hingga Sumatera. 

Setelah itu, bisnis Jamu mulai berkembang hingga di tahun 1900-an muncullah pabrik-pabrik jamu yang menjadi cikal bakal penguasa industri jamu di Indonesia. Pada tahun 1910 berdirilah pabrik jamu Iboe di Surabaya yang masih eksis hingga kini. Setelah itu pada 1918, berdirilah Jamu Jago. Awalnya Jamu Jago juga merupakan usaha rumahan di Wonogiri, namun saat semakin berkembang, pabriknya pun dipindah ke Semarang hingga sekarang. Setahun setelah Jamu Jago, di Semarang muncul Jamu Nyonya Meneer yang selama hampir 100 tahun kemudian bersanding dengan Jamu Jago sebagai dua produsen  Jamu di Semarang. Namun karena masalah finansial, Nyonya Meneer dinyatakan pailit pada 2017 dan harus berhenti beroperasi.  Meski demikian, beberapa merk dagang Nyonya Meneer diakuisisi perusahaan lain dan kembali beredar di tahun 2020. Setelah itu ada Jamu Sido Muncul yang didirikan tahun 1941 di Yogyakarta dan pada 1951 pindah ke Semarang sampai sekarang. Tak hanya itu saja, pada 1979 berdirilah Jamu Borobudur dan pada 1989 berdirilah Jamu Dami.

Banyaknya perusahaan jamu yang tumbuh besar itu menjadi bukti nyata kalau jamu sangat disukai dan dibutuhkan masyarakat. Mereka yang memiliki ramuan paling jitu akan membuat konsumen datang lagi dan memesan secara rutin.

Potensi Besar Usaha Jamu Racikan dan Jamu Gendong

Meski industri jamu skala besar terkesan banyak sekali, namun data menunjukkan, mayoritas pelaku usaha jamu adalah mereka yang di taraf mikro, kecil, dan menengah.  Sekitar 87,2 % pelaku usaha jamu di Indonesia merupakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Hal ini tergambarkan dengan banyaknya sentra-sentra jamu di berbagai daerah, seperti Sentra Jamu Kiringan, dan Sentra Jamu di Sukoharjo. Dua lokasi tersebut bisa dibilang rumah bagi ratusan UMKM jamu yang tentunya juga masih banyak penjual jamu gendong.

sumber: liputan6.com

Selain itu, perkembangan zaman juga memicu dibukanya kafe-kafe jamu yang menjual produk jamu kekinian. Kafe jamu ini menarget pasar generasi muda agar mau mencoba jamu dan menghilangkan stigma kalau jamu pasti pahit. 

Inovasi & Standardisasi Industri Jamu Demi Perbaikan Produk

Seiring  perkembangan zaman, pemerintah mulai ikut serta dalam mengawal dan mengawasi perkembangan industri jamu.  Mulailah dibentuk standardisasi agar industri jamu bisa menelurkan produk yang lebih terstandar, hingga yang khasiatnya bisa dibuktikan secara ilmiah. Hingga 2021, Kementerian Kesehatan sudah memberikan 17 sertifikasi bagi 17 pabrik dengan status Industri Ekstrak bahan Alam (IEBA).  DI taraf ini bahan baku dan hasilnya sudah terstandar, IEBA juga akan memasok ekstrak sediaan bahan baku terstandar untuk industri lain. Setelah itu ada 129 Industri Obat Tradisional (IOT), 757 Usaha Kecil Obat Tradisional (UKOT), 256 Usaha Mikro Obat Tradisional (UMOT), dan lebih dari 500 Usaha Jamu Racikan dan Usaha Jamu Gendong.

sumber: Sido Muncul

Selain dari tipe-tipe industrinya, Kemenkes memilah obat tradisional dalam tiga kategori, yakni Jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT), dan Fitofarmaka. Hingga kini, sudah ada 11 ribu lebih produk Jamu yang terdaftar. Jamu ini khasiatnya sudah dibuktikan secara empiris, namun bahan bakunya belum terstandar. Setelah itu ada sekitar 80 produk OHT yang khasiatnya dibuktikan secara ilmiah praklinis dan bahan bakunya sudah standar. Hingga kini Indonesia memiliki 26 produk Fitofarmaka, obat tradisional yang khasiatnya sudah terbukti secara ilmiah klinis dan tentunya bahan bakunya terstandar.

Post Terkait