Potensi Minyak Atsiri Indonesia Berdasarkan Data

“Indonesia punya 40 jenis dari 97 jenis tanaman minyak atsiri di seluruh dunia. Hal ini membuat Indonesia punya peluang besar dalam mengembangkan industri minyak atsiri.”

Minyak Atsiri adalah minyak esensial yang dihasilkan dari berbagai jenis tanaman tertentu. Karena memiliki aroma yang khas, minyak ini juga biasa disebut dengan minyak aromatik. Tak hanya dimanfaatkan aromanya, minyak atsiri juga biasa digunakan untuk perawatan kulit, dan pengobatan tradisional. Sebagai warga Indonesia, kita harus bangga karena negara kepulauan ini membuat Indonesia memiliki potensi minyak atsiri yang sangat besar.

sumber: antaranews

Berdasarkan data yang dirilis Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) pada 2024, di seluruh dunia diketahui ada 97 jenis tanaman atsiri, dan 40 di antaranya tumbuh di Indonesia. Hal ini menjadikan Indonesia juga bisa disebut sebagai rumah atsiri dunia. Dari 40 jenis tumbuhan atsiri yang ada, 17 diantaranya telah dibudidayakan secara komersial.

Hingga kini Indonesia merupakan eksportir unggulan untuk 7 jenis tanaman atsiri antara lain, Cengkih, Nilam, Serai Wangi, Kayu Putih, Pala, Akar Wangi, dan Gaharu. Selain tujuh komoditas itu, Indonesia juga merupakan penghasil utama produk getah seperti gambir dan terpentin. Meski keduanya bukan atsiri, namun kerap digunakan sebagai atsiri.

Terpentin atau getah pinus merupakan salah satu minyak atsiri unggulan indonesia. Biasanya terpentin digunakan dalam industri kosmetik, pembuatan cat minyak, bahan pelarut, hingga produk-produk antiseptik. Di tahun 2022, produksi terpentin mencapai lebih dari 95 ribu ton. Provinsi Jawa Tengah masih menjadi daerah penghasil terpentin terbesar di Indonesia.

Selain itu, Indonesia juga merupakan penghasil cengkih yang cukup besar. Pada 2022, Indonesia mampu menghasilkan cengkih lebih dari 131 ribu ton. Jika dilihat per provinsi, Sulawesi Selatan merupakan penghasil  cengkih terbesar di Indonesia, diikuti Sulawesi Tengah.

sumber: femaledaily

Cengkih ini bisa dibilang tanaman sempurna untuk minyak atsiri. Karena semua bagian tumbuhan mulai dari daun, bunga, tangkai, batang dan biji bisa disuling untuk diambil atsirinya. Namun pada umumnya bunga cengkih lah yang memiliki kandungan atsiri paling banyak. Minyak atsiri dari cengkih biasanya dibuat untuk produk perawatan tubuh. Mulai dari perawatan kulit, rambut, hingga obat oles. Terlepas dari itu semua, tentunya juga dipakai untuk minyak aroma terapi.

Setelah itu Indonesia juga produsen Nilam, tanaman yang biasa dipakai sebagai bahan baku parfum. Nilam diambil daun dan batangnya untuk disuling menjadi minyak atsiri. Di tahun 2021, Provinsi Sulawesi Utara menjadi produsen Nilam terbesar di Indonesia dengan produksi mencapai 1.199 ton. Peringkat kedua ditempati oleh Sumatera Barat dengan 464 ton. Kini Kementerian Pertanian sedang mengembangkan lahan pembudidayaan Nilam di 17 provinsi yang keseluruhannya dikelola oleh perkebunan rakyat.

Indonesia juga merupakan produsen minyak atsiri dari serai wangi. Minyak ini lebih populer dikenal dengan sebutan minyak citronella.  Minyak esensial ini kerap dipakai untuk membuat produk-produk lotion untuk bayi yang sekaligus anti-nyamuk. Sejauh ini Aceh merupakan daerah penghasil citronella terbesar di Indonesia. Di tahun 2023, Indonesia mampu memproduksi citronella sebanyak 4.761 ton.

Setelah itu ada Pala, selain sebagai komoditas rempah yang disukai warga Eropa, Pala juga merupakan komoditas minyak atsiri. Hingga tahun 2023, Aceh masih menjadi produsen pala terbesar di Indonesia, disusul oleh Maluku Utara. Minyak Atsiri yang diekstrak dari biji pala dipercaya mampu meredakan stres, kecemasan, memperbaiki mood, hingga meredakan nyeri otot.

sumber: jelajahkompas

Salah satu minyak atsiri paling populer di Indonesia adalah Minyak Kayu Putih. Selama pandemi, permintaan Minyak Kayu Putih meningkat luar biasa baik dari dalam maupun luar negeri. Namun, setelah pandemi usai, ekspor bisa dibilang menurun drastis sehingga kini terjadi surplus bahan baku namun penjualan minim. Hal ini diperparah dengan terus masuknya minyak kayu putih impor dari China.

Harapannya, di masa depan semakin banyak pelaku industri Minyak Atsiri yang memfokuskan penggunaan bahan baku dari dalam negeri. Hal ini penting untuk mendorong arahan pemerintah terkait hilirisasi industri. Ke depannya Indonesia seharusnya tidak perlu lagi mengekspor minyak atsiri mentah, namun mengekspor produk farmasi, kosmetik, atau apapun yang diolah dari minyak atsiri hasil bumi Indonesia.

Post Terkait