Mengenal Sri Fatmawati, Pengurus GP Jamu dengan Segudang Prestasi

“Pengurus GP Jamu ada yang menerima penghargaan internasional. Siapakah dia? Apa penghargaan yang diraih?”

Gabungan Pengusaha (GP) Jamu belum lama ini dibuat bangga oleh pencapaian salah satu anggotanya. Dia adalah Sri Fatmawati S.Si., M.Sc., Ph.D yang aktif sebagai pengurus DPP GP Jamu bidang Riset dan Saintifikasi. Perempuan yang akrab dipanggil Fatma itu berhasil menjadi perempuan pertama asal Indonesia yang memenangkan penghargaan bergengsi Dr. Willmar Schwabe Award 2024.

Fatma berhasil mengungguli kandidat lain menggunakan riset kimianya yang berfokus pada penelitian kimia bahan alam. Dalam kalimat lain, Fatma melakukan penelitian yang berhasil mengungkap kandungan obat dalam tanaman obat tradisional Indonesia. Fatman juga membuktikan adanya bioaktivitas di tanaman herbal Indonesia. Dalam penelitiannya, Fatma memberdayakan petani lokal dan peneliti perempuan lainnya.

Apa itu Penghargaan Dr Willmar Schwabe?

Buat yang belum paham apa sebenarnya penghargaan yang diterima Fatma, Dr Willmar Schwabe Award adalah sebuah penghargaan dua tahunan yang diadakan oleh komunitas Society for Medicinal Plant and Natural Product Research (GA). Penghargaan ini ditujukan bagi ilmuwan muda dari berbagai negara yang punya semangat tinggi dalam meneliti tanaman obat dan bahan-bahan alam. Di kalangan peneliti, Dr Willmar Schwabe Award adalah penghargaan prestisius yang sangat berharga.

Awalnya, Fatma yang sehari-harinya berprofesi sebagai dosen Departemen Kimia , Institut Teknologi 10 Nopember (ITS), ini diminta untuk mengirimkan publikasi ilmiah yang pernah dia lakukan dalam kurun 3 tahun terakhir lengkap dengan portfolio diri. Publikasi ilmiah milik Fatma kemudian dinilai oleh presiden dan wakil Society for Medicinal Plant and Natural Product Research (GA) ,Pemimpin Redaksi Planta Medica, dan perwakilan dari Dr. Willmar Schwabe GmbH & Co.

Piala Dr. Willmar Schwabe 2024 diterima Fatma di International Congress On Natural Products Research yang digelar di Krakow, Polandia, 15 Juli 2024. Berkat capaiannya itu, Fatma berhak atas hadiah uang pembinaan senilai 10 ribu Euro atau setara Rp 170-an juta.

Penghargaan Lain yang Diterima Fatma di 2024

Sebagai peneliti, Fatma memang sepertinya tak pernah bosan untuk melakukan penelitian terkait riset kimia bahan alam. Dikutip dari laman resmi ITS, Dr. Willmar Schwabe Award 2024 bukanlah penghargaan internasional pertama yang diraih Fatma pada 2024. Kurang lebih tiga bulan sebelumnya, pada April 2024, Fatma baru saja meraih Female Science Talents Intensive Tracks (FSTIT) 2024 dari The Falling Walls Foundation asal Jerman.

FSTIT adalah program dari Falling Walls Foundation yang bertujuan untuk mempromosikan dan mendukung perempuan-perempuan yang berbakat di bidang sains. Melalui FSTIT, harapannya, orang-orang seperti Fatma bisa dipromosikan, didanai, dan karya-karyanya bisa menjadi terobosan baru di ranah sains. Di FSTIT 2024, Fatma menjadi satu-satunya wakil Indonesia dari 20 pemenang yang berasal dari 15 negara. Fatma juga menjadi ilmuwan pertama asal Indonesia yang berhasil menyabet penghargaan prestisius tersebut.

Berdasarkan keterangan Fatma yang dikutip dari laman resmi ITS, FSTIT tidak menitikberatkan pada satu topik riset, namun menilai dedikasi para ilmuwan dalam bekerja di bidangnya secara menyeluruh. Pada FSTIT 2024, Fatma masih tetap mempresentasikan riset jamu yang telah digelutinya selama 22 tahun terakhir.

Melalui risetnya, Fatma meneliti tentang peningkatan kualitas bahan jamu, bioaktivitas teknologi pembuatan jamu, hingga pemberdayaan sumber daya petani tanaman obat di Indonesia. Selama meneliti tentang jamu, Fatma menemukan banyak fakta yang bisa menepis stigma tentang jamu adalah minuman kuno.

Fatma bercerita tentang salah satu jamu yang dia kembangkan, yakni Jamu MeniTemu. Jamu yang menjadi unggulan ITS Djamoe ini dikombinasikan dari Meniran dan Temulawak. Dari kandungan filantin dan xantorizol yang dimiliki dua tanaman tersebut MeniTemu terbukti mampu meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga fungsi hati.

Di sela-sela kesibukannya sebagai dosen dan pengurus GP Jamu, kini Fatma masih terus mengembangkan produk jamu berdasarkan riset-riset saintifik.

Post Terkait