Bagi pelaku industri jamu, tanaman obat merupakan barang berharga yang harus selalu dilestarikan. Oleh karena itu pelaku industri jamu akan selalu membina hubungan baik dengan para petani tanaman obat. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura sub Bidang Tanaman Hortikultura Provinsi Jawa Barat belum lama ini memberikan laporan potensi tanaman obat di Jawa Barat hingga tahun 2023. Seperti apa laporannya?
Secara umum, tanaman obat atau tanaman biofarmaka adalah jenis tanaman yang bermanfaat sebagai obat-obatan dan berbagai bagian tanamannya bisa dikonsumsi. Tanaman obat dibag menjadi dua tipe berdasarkan bentuk hasilnya. Pertama adalah tanaman rimpang yang kita kenal seperti jahe, laos, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, dan lain-lain. Jenis kedua adalah tanaman bukan rimpang, seperti kapulaga, mengkudu, mahkota dewa, kejibeling, lidah buaya, dan sambiloto.
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan pada 2020 lalu, Indonesia memfokuskan pengembangan tanaman obat pada 63 jenis tanaman. Meski demikian, hingga 2023 baru ada 15 komoditas tanaman yang masuk dalam data Statistik Pertanian Hortikultura Tanaman Biofarmaka (SPH-TGF). Hingga kini, Jahe, Kunyit, dan Kapulaga masih menjadi tiga besar unggulan nasional.
Jumlah Produksi Tanaman Obat Unggulan Nasional
Setiap tahunnya, dinas terkait selalu berupaya untuk terus mengembangkan produksi tanaman obat. Meski demikian, jika dilihat data sejak 2020 hingga 2023, hasil tanaman obat unggulan bisa dibilang masih fluktuatif. Untuk komoditas jahe, pada 2020, hasil nasionalnya mencapai 183 ribuan ton. Jumlahnya meningkat pesat di tahun 2021 karena mencapai 307 ribu ton. Namun kembali menurun di tahun 2022 dan kembali menurun di tahun 2023 dengan jumlah produksi 198 ribu ton.
Untuk komoditas kunyit, mengalami peningkatan jika dilihat dari 2022 hingga 2023. Data terakhir menunjukkan Indonesia mampu menghasilkan kunyit sebanyak 205 ribu ton pada 2023. Sedangkan untuk kapulaga jika dilihat dari hasil tahun 2022 ke 2023, mengalami sedikit penurunan. Dari setahun menghasilkan 128 ribu ton menjadi 122 ribu ton.
Salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk terus meningkatkan produksi tanaman obat adalah dengan terus menambah luasan area tanaman obat. Logikanya semakin luas area penanaman, petani bisa lebih banyak menghasilkan saat panen. Hingga kini, area pembudidayaan jahe masih menjadi yang terluas di Indonesia. Pada 2022, terdapat 1000 hektar penambahan untuk jahe saja. Kawasan itu tersebar di 69 kabupaten seluruh Indonesia. Kemudian pada 2023 bertambah lagi 800 hektar yang tersebar di 77 kabupaten. Selain tiga tanaman obat unggulan nasional, pemerintah juga terus berusaha menambah luasan pengembangan tanaman lain seperti jeruk nipis, laos, lidah buaya, dan buah merah. Khusus untuk 2024, penambahan tidak terlalu banyak karena pemerintah sedang berfokus pada peningkatan produksi makanan pokok seperti padi dan jagung.
Tanaman Obat Paling Dibutuhkan Industri Jamu Indonesia
Dari sebegitu banyaknya tanaman obat yang dikembangkan, hingga tahun 2022 Jahe masih menjadi yang paling dicari. Dalam setahun industri jamu membutuhkan 1901 ton jahe emprit dan 864 ton jahe merah. Setelah itu kencur menyusul dengan konsumsi mencapai 705 ton. Setelah itu ada pegagan, temulawak, adas, kunyit, akar alang-alang, lempuyang emprit, dan lengkuas.
Hingga 2023, kurang lebih ada 23 lokasi sentra jahe tersebar di seluruh Indonesia. Tentu saja mayoritasnya berada di pulau Jawa, khususnya Jawa Barat dan Jawa Tengah. Jawa Barat menjadi produsen dengan hasil terbanyak nasional.
Untuk komoditas kunyit, kurang lebih ada 16 pusat budidaya yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk Kapulaga ada 11 sentra yang masih terbatas di Pula Jawa saja. Sentra lidah buaya dan temulawak bisa dibilang masih sedikit, untuk lidah buaya baru ada 5 sentra di seluruh Indonesia. Untuk temulawak baru ada 10 sentra yang seluruhnya di Pulau Jawa.
Potensi Tanaman Obat di Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi utama penghasil tanaman obat di Indonesia. Hingga 2023, terdapat 6 komoditas tanaman obat di Jawa Barat yang hasilnya menempati posisi pertama secara nasional. Komoditas itu antara lain kapulaga, serai, laos, jahe, kencur, dan temukunci. Untuk komoditas mengkudu, kunyit, dan jeruk nipis masih menempati peringkat ke-2 nasional, disusul lidah buaya di peringkat ke-3.
Pada 2023, Jawa Barat menghasilkan kapulaga sebesar 75 ribu ton. Jumlah ini memenuhi 61% kebutuhan nasional. Sedangkan untuk jahe, Provinsi Jawa Barat menghasilkan 39 ribu ton, setara 27% kebutuhan nasional. Provinsi Jawa Barat juga memasok 27% kebutuhan Lengkuas nasional dengan hasil 15 ribu ton. Tak kurang 10 persen kebutuhan kunyit nasional setara dengan 22 ribu ton dipasok dari Provinsi Jawa Barat.
Kabupaten Cianjur menjadi produsen terbesar kapulaga di Jawa Barat. Untuk jahe dan kunyit, juaranya Kabupaten Garut. Sedangkan penghasil lengkuas terbesar di Jawa Barat adalah Kabupaten Bogor.
Semua data yang disajikan di atas dimutakhirkan pada pertengahan 2024. Buat kamu yang ingin membaca data secara lebih mendetail, silahkan unduh laporannya melalui tautan ini.