Jamu merupakan model pengobatan tradisional yang mengedepankan pada menjaga kebugaran tubuh. Oleh karena itu jamu akan lebih terasa dampak positifnya jika dikonsumsi secara rutin. Meski dikonsumsi dalam jangka panjang, jamu tidak akan membuat boros karena harganya relatif murah. Banyaknya bahan baku tanaman obat di Indonesia membuat harga jamu relatif murah. Jika pemerintah Indonesia ingin menghemat biaya belanja kesehatan, maka jamu bisa dijadikan solusi jangka panjang.
sumber: jakarta post
Terkait belanja nasional di sektor kesehatan, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pernah mengungkapkan pada 2021, kalau rata-rata belanja nasional untuk sektor kesehatan mencapai Rp490 triliun. Jumlah tersebut terbilang sangat besar dan menjadi tantangan bagi pemerintah untuk menekannya.
Budi menjelaskan kalau selama ini belanja kesehatan itu mayoritas dipakai untuk kebutuhan rumah sakit. Itu artinya, fokus pelayanan kesehatan di Indonesia masih berada di sektor kuratif, yakni menyembuhkan mereka yang sakit. Padahal metode kuratif ini bisa dibilang tidak terlalu efektif dan mahal.
Oleh karena itu, untuk menghemat belanja kesehatan nasional, Budi ingin menggalakkan teknik promotif preventif agar orang-orang lebih fokus mencegah diri mereka sakit. Pencegahan ini bisa dilakukan dengan berbagai cara dan tentunya akan lebih murah. Nantinya, jika orang sakit semakin sedikit, maka pengeluaran rumah sakit otomatis berkurang dan belanja kesehatan nasional tentunya bisa ditekan.
Jamu Sesuai Dengan Upaya Promotif Preventif
Terkait upaya promotif preventif yang dicanangkan Menteri Kesehatan, jamu bisa dibilang salah satu jawabannya. Sejak zaman dahulu, budaya minum jamu sudah banyak dilakukan dengan tujuan menjaga kebugaran tubuh. Oleh karena itu, demi menghemat belanja kesehatan negara, masyarakat harus mulai lebih diakrabkan dengan minum jamu secara rutin.
Anggapan tersebut bukanlah isapan jempol belaka, Budi Gunadi Sadikin menjelaskan kalau kebijakan kembali ke pengobatan tradisional juga sudah dipakai oleh beberapa negara lain. Terlebih lagi, WHO juga menganjurkan negara-negara agar mulai memberi perhatian lebih kepada pengobatan tradisional.
sumber: kemenkes
India dan China bisa dibilang dua negara yang sangat sukses dalam menghidupkan pengobatan tradisional mereka. India memiliki Kementerian yang mengurusi tentang Ayuverda yang berfokus pada pengobatan tradisional asli India. China pun demikian, negara itu malah sudah mampu mengglobalkan pengobatan tradisionalnya .
Pengobatan tradisional ini tidak hanya ada di Asia saja, namun negara-negara Afrika kini juga sedang gencar-gencarnya meneliti pengobatan tradisional mereka. Di Eropa bahkan pengobatan tradisional ini dilakukan oleh kalangan menengah atas. Sebuah bukti kalau pengobatan alternatif ini punya potensi besar.
Mulailah Budaya Minum Jamu Mulai Sekarang
Gerakan promotif preventif yang dimaksud Budi sangatlah beragam, mulai rutin berolahraga, mengonsumsi makanan bergizi, hingga mengonsumsi vitamin yang harganya jauh lebih murah dibanding obat untuk mengobati. Selain semua hal itu, rutin minum jamu juga bisa dijadikan tambahan upaya promotif preventif.
Hal ini sudah terbukti efektif di masa-masa pandemi Covid 19. Selain memakai masker dan rutin berolahraga, masyarakat berbondong-bondong mulai merutinkan diri minum jamu. Tujuannya adalah untuk membuat tubuh semakin bugar, sistem imun semakin kuat, sehingga tidak mudah sakit.
sumber: curcumaplus
Oleh karena itu, dalam upaya menghemat belanja kesehatan jangka panjang, melestarikan budaya minum jamu merupakan salah satu cara yang efektif. Selain bisa melestarikan budaya asli Indonesia, kita juga akan mendapat bonus tubuh yang bugar dan tidak gampang sakit.
Dengan melestarikan budaya minum jamu, kita tidak hanya mendukung upaya Menteri Kesehatan. Namun juga mendukung penetapan UNESCO terkait Budaya Minum Jamu sebagai warisan budaya tak benda dunia asal Indonesia. Semakin banyak warga Indonesia yang rutin minum jamu, maka harapannya jamu akan semakin maju dan semakin mendunia.