Dalam rangka memperingati Hari Jamu Nasional yang jatuh setiap tanggal 27 Mei, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengadakan sebuah webinar bertajuk Jamu: Dulu, Kini, dan Nanti pada Rabu (29/05). Webinar ini membahas perkembangan jamu dari zaman dahulu hingga sekarang, khususnya pasca-penetapan UNESCO bahwa budaya meminum jamu untuk menjaga kesehatan atau Jamu Wellness Culture sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia.
Dalam webinar yang disiarkan melalui Zoom dan live streaming Youtube BPOM.official itu dihadiri beberapa pembicara yang sudah lama berkecimpung di bidang per-jamuan atau obat bahan alam (OBA), mereka adalah Reri Indriani selaku Pengawas Farmasi dan Makanan ahli Utama BPOM, Jaya Suprana selaku Presiden Komisaris Jamu Jago, Jony Yuwono selaku Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu (GP Jamu), dan Raymond Tjandrawinata selaku Direktur Pengembangan Bisnis dan Sains Dexa Group.
source: Youtube Badan Pengawas Obat dan Makanan
Pentingnya Mandiri dalam Produksi OBA
Dalam sesi materi Reri Indriani menegaskan tentang pentingnya mendorong kemandirian dalam produksi OBA. Selama ini Indonesia masih menggantungkan bahan baku OBA dari import. Padahal di dalam negeri kita memiliki ribuan spesies tanaman obat yang bisa dijadikan bahan baku. Tantangannya sekarang adalah membuat bahan baku OBA asal Indonesia itu sesuai dengan standar yang berlaku.
Perlu dilakukan pelatihan dan penyuluhan terhadap para petani tanaman obat sehingga pelan tapi pasti terjadi peningkatan mutu dan kualitas dalam produk yang dihasilkan.
Reri juga membahas kalau mulai sekarang industri OBA harus mulai memikirkan pasar ekspor. Hal ini sangat penting dalam upaya meningkatkan taraf ekonomi dan juga mengglobalkan jamu. BPOM sudah melakukan dialog-dialog dengan para pengusaha. Mencari tahu negara mana saja yang belum bisa ditembus produk jamu dari Indonesia. Setelah itu dicari peluangnya dan juga ada lobi dari pemerintah.
https://www.bfi.co.id/id/blog/menggali-potensi-pengobatan-dari-alam
Reri juga menyinggung sedikit terkait Program Orang Tua Angkat yang diinisiasi BPOM dengan pelaku industri jamu. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas dan kapasitas UMKM Jamu sehingga bisa semakin besar. Kini sudah ada 15 industri jamu yang berperan sebagai orang tua angkat. Masing-masing dari mereka memiliki beberapa anak angkat dari UMKM jamu. Para anak angkat itu diberi pelatihan berkala sesuai kebutuhan si anak angkat.
Bagaimana Kalau Pengobatan Tradisional Masuk Jaminan Layanan Kesehatan?
Saat giliran Jaya Suprana mengisi materi, senior di industri jamu itu mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada para penjual jamu gendong. Menurutnya, pengesahan Jamu Wellness Culture oleh UNESCO itu bukan karena industri jamu di Indonesia, namun karena kegigihan para penjual Jamu Gendong yang bertahan puluhan tahun melestarikan budaya meminum jamu.
Setelah itu Jaya mulai menyinggung masih kurangnya kebanggaan warga Indonesia terkait kebudayaan asli mereka. Mayoritas orang juga masih lebih bangga saat menggunakan produk atau melakukan hal-hal yang populer secara internasional. Hal ini seharusnya diubah, karena dengan meningkatnya nasionalisme, maka jamu juga pasti akan diperlakukan secara spesial dan menjadi lebih superior. Efek jangka panjangnya pun bisa semakin mengglobal.
https://www.antaranews.com/berita/3179209/bali-integrasikan-pengobatan-tradisional-di-fasilitas-kesehatan
Jaya menyinggung bagaimana Cina dan India memperlakukan pengobatan tradisional mereka setara dengan pengobatan modern yang notabene berasal dari negara barat. Hal itu membuat pengobatan tradisional mereka semakin maju dan bisa go international. Jaya menambahkan, kalau Cina sudah sejak lama mempraktikkan politik diasporanya. Jumlah penduduk yang sangat tinggi membuat keturunan Cina sejak dulu memang tersebar di berbagai negara. Di sinilah politik diaspora bekerja dan pengobatan tradisional cina bisa tersebar ke berbagai negara.
Jaya mengungkapkan kalau di salah satu negara Afrika yang pernah dia kunjungi terdapat sebuah pusat perbelanjaan khusus yang hanya berisi orang Cina, termasuk outlet-outlet yang menawarkan pengobatan tradisional Cina.
Oleh karena itu Indonesia juga harus mulai meninggikan derajat jamu, bisa dimulai dengan memasukkan OBA dalam Jaminan Layanan Kesehatan. Masyarakat dibiarkan memilih untuk memakai pengobatan modern atau tradisional.
Jamu Membantu Mempertahankan Kesehatan
Dalam webinar tersebut, Ketua Umum (Ketum) Gabungan Pengusaha Jamu (GP Jamu) Jony Yuwono juga memberikan informasi dan petuah-petuah terkait jamu pada umumnya. Jony menyinggung terkait masih banyaknya orang yang menganggap meminum jamu seperti meminum obat kimia yang efeknya langsung terasa.
Padahal meminum jamu lebih seperti sebuah ritual jangka panjang yang tujuannya untuk menjaga kesehatan. Hal itu terabadikan dalam manuskrip-manuskrip kuno yang membahas tentang jamu.
Jony bercerita kalau zaman dahulu peracik jamu itu berdoa agar diberi kemampuan untuk menyembuhkan. Setelah itu mereka baru mulai meracik jamu. Saat jamu akan diminum oleh pasien, mereka juga diwajibkan untuk berdoa dan meminta kesembuhan dari tuhan. Hal itu sesuai dengan kata jamu yang berasal dari gabungan bahasa jawa kuno, Djampi dan Oesada. Djampi berarti doa, dan Oesada artinya kesehatan. Oleh karena itu, efek jamu baru akan terasa jika rutin diminum dan tentunya disertai doa dan menjaga gaya hidup sehat.
Jony menegaskan hal itu sesuai dengan penetapan Jamu Wellness Culture oleh UNESCO. Ditegaskan Jony, kalau yang dianggap sebagai warisan budaya itu bukan produk jamunya. Namun sebuah kebiasaan menjaga kesehatan dengan rutin mengonsumsi jamu. Itulah kenapa disebutnya Warisan Budaya Tak Benda.
Penambahan Produk Fitofarmaka Harus Digencarkan
Di sesi terakhir, Raymond Tjandrawinata memfokuskan materinya pada pentingnya produk fitofarmaka agar OBA Indonesia mampu menembus pasar global. Status fitofarmaka berarti OBA tersebut keamanan dan fungsinya sudah dibuktikan secara ilmiah melalui uji klinis dan pra klinis. OBA Fitofarmaka bisa disejajarkan dengan obat-obat kimiawi.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan standarisasi produk dan bahan baku. Setelah itu harus ada juga cara melestarikan jamu dengan metode yang lebih modern. Hal itu membuat kita juga lebih memerlukan banyak alat-alat modern. Industri jamu juga harus mendorong lebih banyak riset sehingga di kemudian hari lebih banyak fitofarmaka dihasilkan.
https://www.antaranews.com/berita/3759381/belanja-fitofarmaka-dan-obat-herbal
Raymond juga mengungkapkan persetujuannya dengan omongan Jaya Suprana kalau pengobatan tradisional harus mulai dikaji dan dimasukkan dalam Jaminan Layanan Kesehatan. Selain senada dengan kampanye WHO yang promotif preventif, pengobatan tradisional itu digunakan 80% masyarakat di dunia, oleh karena itu sangat perlu dimasukkan ke dalam sistem layanan kesehatan di Indonesia.
Raymond mengungkap kalau ada fitofarmaka asal Indonesia yang sudah biasa digunakan dokter-dokter di Filipina. Mereka meresepkan obat-obat itu dan hasilnya sangat positif. Ini merupakan sebuah tanda kalau OBA Indonesia potensinya sangat besar. Oleh karena itu selain menggencarkan produksi fitofarmaka, layanan kesehatan juga harus mulai mengakui pengobatan tradisional.
Webinar ini merupakan rangkaian acara Pekan Jamu: Sehatkan Negeri Bersama Jamu (27-31 Mei 2024) dalam rangka memperingati Hari Jamu Nasional 2024.