Jamu memang merupakan minuman tradisional asli Indonesia yang sudah ada sejak zaman dahulu. Jamu dikenal sebagai minuman yang dibuat dari tanaman obat dan dipercaya memiliki khasiat untuk menjaga kebugaran dan kesehatan peminumnya. Meski demikian, tidak semua orang mau dan pernah mengonsumsi jamu. Hal ini merupakan tantangan utama bagi pemerintah dan Gabungan Pengusaha (GP) Jamu untuk bisa lebih memasyarakatkan jamu.
Untuk melakukan hal itu, perlu dilakukan strategi pemasaran atau marketing yang cerdas, sehingga orang yang sebelumnya bukan konsumen jamu, bisa secara perlahan diambil hatinya, sehingga dia mau mulai mencicipi dan lama kelamaan bisa menjadi konsumen tetap.
sumber: antaranews
Strategi marketing ini diambil dari sebuah jurnal berjudul Potensi Pengembangan Pasar Jamu karya Bagus Wicaksena dan Nugroho Ari Subekti. Jurnal ini sebenarnya membahas banyak hal tentang tantangan memasyarakatkan jamu, menambah daya saing jamu, hingga membahas strategi pemasaran agar menarik hati lebih banyak orang untuk meminum jamu.
Dalam jurnal tersebut, dijelaskan ada dua strategi marketing yang cocok untuk mengubah pemahaman orang-orang yang sebelumnya tidak mau atau belum pernah minum jamu, menjadi orang yang penasaran dan ingin minum jamu. Strategi marketing yang dimaksud adalah teori model multi-atribut dan teori sikap fungsional
Marketing dengan Teori Model multi-atribut
Teori model multi-atribut ini bertujuan mengubah sikap target dengan mengubah arah atau intensitas kebutuhan, kepercayaan target, mengubah evaluasi terhadap produk, dan mengubah niat perilaku target.
- Strategi Mengubah Arah Kebutuhan
Strategi mengubah arah kebutuhan target bisa dilakukan dengan mengajak target melihat jamu dengan sudut pandang yang berbeda. Contoh saja, jika target merasa tidak mau minum jamu karena rasanya pahit, maka kita gunakan keluhan untuk mengubah arah kebutuhan target ke suatu hal yang lebih penting. Kita bisa mensosialisasikan kalau rasa pahit dalam jamu adalah bukti kalau jamu menggunakan bahan-bahan alami, berkualitas, dan berkhasiat bagi tubuh. Kita harus bisa mengajak target yang tak suka dengan rasa pahit, menjadi lebih fokus pada informasi bahwa rasa pahit berarti jamu alami dan berkhasiat.
- Strategi Mengubah Intensitas Kebutuhan
Kemudian jika dibawa dalam konteks mengubah intensitas kebutuhan, kita bisa melakukan marketing dengan perbandingan obat tradisional dan obat kimia. Kita bisa menarik minat target dengan membandingkan kealamian jamu dengan obat kimia. Berikan iming-iming alami berarti lebih aman dan lebih menyehatkan tubuh.
- Strategi Mengubah Kepercayaan
Agar jamu semakin laris dan dicari banyak orang, kita harus bisa membuat promosi yang mengubah kepercayaan orang-orang. Misalnya saja banyak orang yang tidak percaya jamu benar-benar dibuat dengan bahan-bahan alami. Solusinya adalah membuat semacam iklan atau promosi yang menunjukkan proses produksi jamu yang alami. Bisa ditambahkan dengan modul-modul Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) dari BPOM.
sumber: jawapos
- Strategi Mengubah Evaluasi Produk
Evaluasi bisa juga dibilang sebuah ulasan, atau kesan akhir seseorang terhadap sesuatu. Dalam teori pemasaran, hal ini bisa diubah dengan mengaitkan atribut yang berhubungan dengan emosi positif meskipun atribut itu tidak terlalu berhubungan dengan produknya.
Kita bisa memberi promosi kepada bukan peminum jamu, sebuah iklan yang membahas tentang jamu adalah warisan leluhur yang patut dilestarikan. Jika bukan warganya sendiri, siapa yang akan melestarikan jamu. Melalui pancingan tersebut, diharapkan ulasan yang sebelumnya negatif atau netral, bisa menjadi positif.
- Strategi Mengubah Intensi Target
Mengubah intensi adalah mengubah niat seseorang yang sebelumnya tidak ingin membeli. Strategi ini bisa dilakukan dengan memberi diskon, atau promo beli 1 gratis 1. Pengusaha jamu juga bisa mempaktikkan strategi ini dengan bantuan pemerintah.
Marketing dengan Teori Fungsional
Teori fungsional ini memberikan alternatif strategi untuk mengubah sikap target yang sebelumnya tak ingin minum jamu, bisa dibuat agar lebih tertarik minum jamu. Dalam teori ini ada empat fungsi utama yang bisa dijadikan patokan, fungsi-fungsi yang dimaksud antara lain;
- Fungsi Utilitarian
Fungsi ini juga bisa diartikan sikap untuk memenuhi kebutuhan. Agar jamu bisa diminati target, jamu harus memiliki fungsi utilitarian atau memenuhi kebutuhan target. Testimoni dari peminum jamu yang sudah merasakan khasiatnya bisa menjadi alat promosi yang bagus dan bisa memicu rasa memenuhi kebutuhan dari target.
sumber: antaranews
- Fungsi Informasi
Fungsi ini bisa diartikan sebagai metode mengubah sikap target dengan mengandalkan serangkaian informasi. Contoh konkretnya adalah kita harus bisa membuat materi promosi dengan informasi yang jelas dan tidak membingungkan target. Penjual jamu harus bisa menjelaskan secara detail tentang fungsi jamu yang mereka buat. Semakin meyakinkan informasi yang ada, maka semakin besar peluang target untuk mulai minum jamu.
- Fungsi Ekspresi Nilai
Fungsi ini bisa diartikan sebagai sebuah nilai yang dipercaya oleh target. Tugas penjual jamu adalah menjelaskan hal-hal yang bisa membalikkan kepercayaan target. Misalnya ada seseorang yang khawatir jika jamu yang dia beli dibuat menggunakan bahan kimia. Maka tugas penjual jamu untuk mempromosikan kalau produk jamu yang dia buat sepenuhnya dibuat dengan bahan alami. Buat informasi itu sejelas-jelasnya kalau perlu menyebutkan secara detail komposisi jamu di kemasan. Dalam sebuah penelitian, semakin jelas informasi dalam kemasan jamu, semakin yakin pula konsumen untuk membelinya.
Dari semua teknik marketing tersebut, bisa kita ambil satu kesimpulan utama bahwa masyarakat perlu semakin diyakinkan dengan produk jamu Indonesia. Bukan hanya tentang khasiatnya, namun keamanan produk, murah, hingga meminum jamu sebagai upaya melestarikan kebudayaan luhur nenek moyang. Hal itu perlu terus menerus diulang dan digaungkan sehingga semakin banyak lapisan masyarakat yang merasa lebih aman dan nyaman saat minum jamu.