Alasan Orang Tidak Minum Jamu & Cara Cerdas Mengubahnya

“Ada orang yang jarang minum jamu karena merasa tak aman ketika meminumnya. Paham seperti ini harus segera dhilangkan dengan inovasi-inovasi baru di dalam industri jamu Indonesia. Seperti apa inovasi itu?”

Jamu adalah salah satu kekayaan bangsa yang harus terus dilestarikan dari masa ke masa. Meski demikian, hal itu bukanlah sesuatu yang mudah karena seiring perkembangan zaman, jamu mulai digerus oleh produk-produk lain yang lebih modern. Di sisi lain, gap generation juga membuat jamu kurang dikenal oleh generasi muda. Untuk mengatasi hal itu, pemerintah dan para pengusaha jamu harus memiliki metode yang terstruktur untuk terus mempromosikan jamu.

sumber: beritausaha

Sebelum menyusun metode untuk mempromosikan jamu, kita harus memahami apa yang membuat orang tidak meminum jamu. Sebuah riset yang dimuat dalam jurnal berjudul ‘Potensi Pengembangan Pasar Jamu’ mengungkap beberapa penyebab jamu tidak populer di kalangan masyarakat.

Penyebab Masyarakat Tidak Meminum Jamu

Sebagai sarana pengobatan tradisional, tidak bisa dipungkiri jamu bersaing dengan obat herbal dari luar negeri, dan tentunya obat-obat kimiawi yang punya kelebihan bisa mengklaim khasiat mereka. Meski demikian, produk-produk pengganti itu bukan penyebab utama masyarakat tidak meminum jamu.

Alasan utama mereka tidak minum jamu lebih kepada perspsektif pribadi yang secara umum dirasakan banyak orang. Perspektif ini terkait pada kandungan alami jamu, tidak tersedianya informasi yang jelas terkait dosis, waktu kadaluarsa, hingga manfaat jamu menjadi pemicu masyarakat tidak terlalu berminat pada jamu.

Selain itu, jamu juga dirasa kalah menarik dari sisi kemasan jika dibandingkan dengan produk herbal lain apalagi dengan produk obat konvensional.  Hal ini ternyata cukup membuat calon konsumen memilih produk lain dibandingkan jamu.

sumber: halodoc

Kemurnian bahan-bahan baku jamu juga menjadi faktor penting disukai atau tidaknya produk jamu. Hal ini terbukti dengan banyaknya responden riset merasa tidak bisa mempercayai semua penjual jamu yang mereka temui. Hal ini disusul dengan banyaknya kasus temuan kalau produk jamu tradisional dicampur dengan bahan-bahan kimia. Ketidakpercayaan masyarakat ini dalam jangka panjang sangat buruk bagi kesan jamu dan membuat jamu sulit berkembang.

Solusi Agar Jamu Dipercaya Masyarakat

Dari beberapa tantangan dan hambatan yang ditemukan, diperlukan respons yang terstruktur yang dilakukan tak hanya para pengusaha jamu (GP Jamu), namun juga harus didukung penuh oleh pemerintah. Sinergi antara keduanya memiliki peluang terbaik untuk membuat jamu semakin berkualitas hingga nantinya bakal mendunia.

Hal pertama yang harus ditekankan dan disosialisasikan di antara pengusaha jamu adalah niat tulus untuk membuat produk jamu yang bebas bahan kimia. Jika di antara pengusaha jamu sudah punya itikad baik dengan hanya akan memproduksi jamu yang alami, maka perlahan tapi pasti, kepercayaan masyarakat pasti akan kembali. Penggunaan bahan kimia dalam jamu tidak akan memberikan efek positif, yang ada hanya jamu akan terus dianggap berbahaya.

Pemerintah juga harus tegas dalam menanggulangi oknum-oknum penjual jamu yang nekat memakai bahan kimia. Pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sudah rutin melakukan inspeksi mendadak di berbagai lokasi penjualan jamu atau bahan jamu untuk memberantas jamu dengan bahan kimia.

Terkait khasiat dan dosis jamu, pemerintah dan GP Jamu harus semakin menguatkan kerja sama untuk menciptakan standar bahan baku jamu. Harapannya jika sejak dari bahan baku sudah terstandar, maka produk jamu juga akan standar sehingga khasiatnya perlahan bisa tertakar.

BPOM juga diharapkan bisa terus mensosialisasikan tentang buku Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB). Harapannya ada proses pelatihan yang terkonsep sehingga ada target waktu di mana mayoritas penjual jamu di Indonesia memahami isi CPOTB secara menyeluruh. Mereka yang sudah paham cara pembuatan jamu yang baik bisa mengajari rekan yang lain atau penjual jamu baru.

Re-packaging dan Re-Branding  Lebih Modern

Jamu gendong merupakan salah satu akar rumput dari para penjual jamu. Penjual jamu tradisional ini memang sangat minimalis hingga masih bisa ditemui penjual jamu gendong yang memakai botol-botol bekas untuk menampung jamu dagangan mereka.

sumber: Indonesiakaya

Secara umum hal itu tidak ada yang salah, namun jika tujuannya untuk membuat jamu naik kelas, para penjual jamu gendong ini bisa difasilitasi dengan semacam paguyuban. Dari paguyuban ini bisa dilakukan banyak pelatihan hingga sertifikasi. Nantinya, bisa dilakukan semacam standarisasi dari paguyuban, sehingga para penjual jamu gendong dari paguyuban tersebut dipastikan sudah memproduksi jamu sesuai standar yang berlaku.

Hal itu bisa menjadi re-branding yang positif bagi para penjual jamu gendong di seluruh Indonesia. Harapannya di masa depan tidak ada lagi penjual jamu gendong yang sembarangan dalam berjualan atau dianggap sembarangan oleh calon pembelinya.

Perlu juga diadakan pelatihan-pelatihan terkait pengemasan atau packaging serta pemasaran di era digital. Hal ini agar para pengusaha jamu tingkat kecil dan menengah bisa membuat produk mereka dengan kemasan yang lebih menarik, dan bisa mempromosikan ke ranah yang lebih luas.

Harapannya, dengan berbagai inovasi yang sedang dan akan dilakukan pemerintah dan GP Jamu, di masa depan jamu bisa semakin diterima di Indonesia dan semakin terkenal di ranah global.

Post Terkait