GP Jamu – Badan POM senantiasa memberikan informasi bagi para pelaku usaha terkait dengan regulasi dan informasi lainnya untuk kemajuan industri jamu di Indonesia. Informasi dari Badan POM tidak hanya melalui siaran pers resmi, tetapi juga melalui talk show. Dalam satu kesempatan, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia, Bapak Jony Yuwono menghadiri podcast yang diadakan oleh Badan POM untuk memberikan informasi bagi para pelaku usaha jamu di Indonesia. Tidak sendiri, dalam podcast tersebut juga menghadirkan narasumber lain, yaitu Ibu Dian Putri Angdaweni, Direktur Standardisasi Obat Tradisional Suplemen Kesehatan dan Kosmetik.
Dalam podcast tersebut narasumber membahas secara mendalam mengenai jamu sebagai warisan budaya tak benda Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO pada tahun 2023 hingga peran BPOM dan GP Jamu Indonesia dalam mengawasi keamanan, mutu, dan manfaat jamu, serta bagaimana GP Jamu membantu pelaku usaha dalam memahami regulasi dan meningkatkan kualitas produk untuk menembus pasar internasional.
Pengakuan UNESCO Mengangkat Status Jamu
Pengakuan UNESCO terhadap jamu sebagai warisan budaya tak benda memberikan legitimasi internasional yang signifikan. Hal ini bukan hanya soal pelestarian budaya, tetapi membuka peluang jamu untuk diakui dan diterima secara global. Status ini membantu memperkuat posisi jamu di pasar ekspor dan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap produk herbal Indonesia.
Peran Strategis BPOM dalam Standarisasi dan Pengawasan serta Pertumbuhan Industri
BPOM berperan sebagai institusi pengawas yang memastikan jamu yang beredar aman, bermutu, dan berkhasiat. Melalui regulasi ketat, sertifikasi CPOTB, dan pengawasan hulu-hilir, BPOM mengontrol kualitas jamu baik yang diproduksi secara massal maupun kemasan. Meskipun jamu gendong tidak wajib memiliki izin edar, penjualnya tetap diharapkan menjaga kualitas produk agar konsumen terlindungi.
Data yang masuk ke Badan POM, hampir 8.000 permohonan izin edar untuk obat bahan alam, 7.000 di antaranya telah disetujui. Hal ini menandakan industri jamu dan obat tradisional Indonesia sedang berkembang pesat. Angka ini menunjukkan semakin banyak pelaku usaha yang mengikuti standar resmi, membuka peluang ekspor dan penetrasi pasar yang lebih luas.
GP Jamu Memberikan Edukasi dan Pendampingan Sebagai Kunci Pengembangan Industri Jamu Indonesia
GP Jamu tidak hanya sebagai wadah pengusaha, tetapi juga jembatan edukasi untuk para pelaku usaha agar memahami regulasi dan naik kelas dalam kualitas produk. Pendampingan sertifikasi CPOTB dan pelatihan registrasi produk membantu UMKM jamu untuk membawa produknya ke pasar internasional, mengatasi tantangan birokrasi dan standar yang ketat.
“Dari GP Jamu sendiri kita berperan sebagai jembatan. Jadi, maksudnya apa? seringkali ya kita memberikan sosialisasi kepada anggota-anggota kita, perusahaan-perusahaan jamu yang lainnya untuk bagaimana mereka bisa lebih memahami tentang berbagai peraturan dan standar yang telah diterapkan oleh BPOM. Jadi seringkali kita melakukan webinar ataupun terkadang mengarahkan para penguasa jamu yang baru untuk mendapatkan pendampingan-pendampingan. Kita sangat mengapresiasi juga atas inisiatif dari BPOM dengan UPT-UPT di daerah-daerah seperti Jogja, Jawa Timur, Jawa Tengah, termasuk DKI Jakarta pun sudah banyak memberikan bimbingan bahkan mendampingi para pelaku jamu untuk bisa mendapatkan sertifikasi CPOTB secara bertahap maupun sebagai secara full aspect. Jadi mungkin peran kita lebih kearah mensosialisasi dan mengajak para pengusaha jamu untuk bisa ibaratnya naik kelas untuk mendapatkan sertifikasi untuk bisa bersaing ke depannya di dunia internasional tentunya”. Ujar Jony Yuwono, selaku Ketua Umum GP Jamu.
Sinergi Pemerintah, Pengusaha, dan Media untuk Promosi Jamu
Promosi jamu tidak bisa dilakukan oleh pelaku usaha sendiri. Perlu kolaborasi antara pemerintah, BPOM, asosiasi pengusaha, peneliti, media, dan sektor pariwisata. Contoh sukses seperti promosi ginseng di Korea dengan dukungan pemerintah dan integrasi ke budaya populer menjadi model yang bisa diadaptasi untuk pengembangan jamu. Pendekatan ini akan meningkatkan kepercayaan konsumen dan memperluas pasar.
IRCH 2025 Menjadi Momentum Internasionalisasi Jamu
Menjadi tuan rumah IRCH yang merupakan pertemuan regulator obat herbal dunia di bawah WHO adalah kesempatan emas bagi Indonesia untuk memperkenalkan jamu secara global. Forum ini memungkinkan pertukaran informasi regulasi, standarisasi, dan kolaborasi internasional sehingga produk jamu dapat memenuhi persyaratan pasar global dan meningkatkan daya saing. Dalam kesempatan inilah sinergi antara pemerintah, pengusaha, serta stakeholder lainnya diperlukan untuk mengangkat jamu ke ranah dunia.
Sumber gambar: Dinavisa
Harapan Besar dari Acara IRCH dan Masa Depan Jamu Indonesia
Pertemuan IRCH di Indonesia diharapkan dapat mengangkat branding jamu, membuka peluang ekspor baru, memperkuat standar internasional, dan memperluas jaringan kolaborasi global. Harapan besar juga tertuju pada peningkatan jumlah praktisi jamu bersertifikat dan pengenalan jamu dalam sistem pelayanan kesehatan modern, sehingga jamu bisa menjadi bagian integral dari pengobatan dan pencegahan di tingkat global.